Pemilu.

Berbincang Tentang Pemilu 2024 Bersama Direktur Eksekutif Women Working Group (WWG).

Jumat, 27 Oktober 2023 - 20:09:00 WIB Cetak

 (Momenriau.com Kepri). Pemilu tahun 2024 mendatang sudah semakin dekat, tiga pasangan calon Presiden dan wakilnya, sudah mendaftar di KPU RI, yaitu Anis Rasyid Basweden berpasangan dengan Muhaimin, kemudian Ganjar Pranomo pasangannya Mahfud MD dan Prabowo Subianto memilih pasangannya Gibran Rakabuming Raka, namun dalam animo sebagian masyarakat awam, belum memperlihatkan secara gamblang kepada pasangan mana akan dijatuhkan pilihan.
   Lain halnya dengan sebagian masyarakat pada level intlektual, mereka ini sudah memulai berspekulasi serta sudah mengambil sikap terbuka akan mendukung pasangan yang menurut mereka sejalan dengan aspirasi mereka.
    Untuk mendapat gambaran animo masyarakat menjelang pemilu 2024 mendatang, kami memilih seseorang aktivis yang kesehariannya menghabiskan waktu dengan mengunjungi dan berbincang dengan banyak golongan masyarakat, yaitu Nukila Evanty selaku Direktur Eksekutif Women Working Group (WWG) pada hari Jum'at (26/10-2023). 
    Berikut ini petikkan pandangan Nukila Evanty, "sebagian besar pemikiran masyarakat saat ini adalah, walaupun tiap paslon tersebut sudah mulai share beberapa visi dan programnya kedepan, namun sebahagian besar masyarakat menentukan pilihannya kepada paslon yang paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut; 
    - Pertama ; "ada yang mempunyai Visi & Misi serta program yang mengedepankan isu yg dihadapi saat post pandemi seperti, ketenagakerjaan yakni memperbanyak lapangan kerja, karena anak-anak muda bergantung sekali dengan kerja-kerja formal, memiliki jiwa entrepreneurship, paslon yang memiliki strategi umtuk meningkatkan jumlah tenaga kerja baru, sehingga pertumbuhan tenaga kerja yang terus membludak dapat terakomodir dan pada akhirnya angka pertumbuhan pengangguran dapat ditekan. Pemerintah yang baru nanti, harus mampu mendorong banyak orang kesektor informal, seperti usaha mikro dan mulai membangkitkan anak muda mau menjadi petani dan nelayan yang mumpuni, terciptanya sekolah nelayan, sekolah petani, sehinga golongan tersebut bisa memasarkan produknya di pasar nasional serta internasional.
    - Kedua ; pemimpin kedepan nanti, diharapkan bisa menyelesaikan konflik-konflik dan berpihak kepada masyarakat marjinal. Pemerintah kedepan nanti harus memiliki kebijaksaan terhadap kondisi suatu conflict, sebagai contoh adanya persoalan-persoalan yang terjadi dengan land grabbing di Rempang di Propinsi Kepri, konflik lahan di Air  Bangih Propinsi Sumatera Barat. Ataupun bila terjadi sengeketa antara masyarakat Vs Negara dan atau Perusahaan terutama terkait dengan PSN (Project Strategis Nasional) serta pemimpin yang pro ke rakyat kecil!.
  - Ketiga : pemimpin yang diharapkan berperspektif gender, artinya concern terhadap kekerasan yang dialami perempuan dan anak-anak, pemimpin yang memiliki kemampuan mengawasi institusi penegak hukum dan pemerintahannya selain kuat dalam implementasi hukum, juga punya pemahaman tentang kasus-kasus kekerasan berbasis gender, memahami bahwa ada anak-anak yang perlu mendapatkan pendidikan yang lebih equal dan mau menjangkau pelosok Indonesia, seperti yang kita ketahui, sudah terlalu banyak beasiswa untuk S1, S2, S3dan seterusnya, pemimpin negara ini kedepannya, hendaknya mau memulai membuat sekolah-sekolah khusus yang sesuai dengan konteks kedaerahan dan potensi daerah, menciptakan sekolah khusus buat petani dengan kurikulum sedemikian rupa sehinga petani mampu menentukan market produk yang dihasilkan, begitu pula sekolah nelayan, misalnya, agar bisa menjadi nelayan yang resilience di tengah kondisi climate change, nelayan diberi pelajaran yang bisa meningkatkan produktifitas ikan.(Edysam).




Tulis Komentar +
Berita Terkait+
ƒ