Kemanusiaan.

"Pegiat Kemanusiaan Internasional Nukila Evanty, Bimbing Pekerja Migran Perempuan Batam dan Tanjungpinang".

Sabtu, 21 Januari 2023 - 14:29:37 WIB Cetak

Saat di podcast "Women in the Law " (WIL) Jakarta.

"Pegiat Kemanusiaan Internasional Nukila Evanty, Bimbing Pekerja Migran Perempuan Batam dan Tanjungpinang".

 Foto ; Nukila Evanty Pegiat Kemanusiaan Internasional sekaligus Direktur Women Working Group (WWG ) saat memberikan seminar di hotel CK Tanjungpinang.

   (Momenriau.com Kepri). Salah seorang wanita gigih Indonesia yakni Nukila Evanty "Pegiat Kemanusiaan Internasional" yang juga bergabung dengan Woman Working Group.
     Berikut ini kami sajikan profil serta aktifitas beliau (Nukila Evanty-red) yang sudah sejak lama dilakoninya serta cuplikkan kegiatan pada Hari Jum'at (20/01-2023) di Hotel CK Tanjungpinang kami dapatkan langsung pada hari Sabtu (21/01-2023) melalui WhatsApp, tepatnya pukul 12.25 Wib ;
     Nukila Evanty, adalah Resilience Fellow dan juga dikenal sebagai "Pegiat Kemanusiaan Internasional", terutama terkait masalah "Perlindungan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI)" dan "Pekerja Migran Indonesia (PMI)" dari terperangkap oleh kejahatan  "Perdagangan Orang (Human  Trafficking)" bahkan "Perdagangan Narkotika (Drug tTrafficking)". 
     Nukila Evanty juga merupakan "Direktur Women Working Group (WWG )" dan "Country Director RIGHTS Foundation".
     Nukila Evanty dalam melakukan advokasi dan pelatihan didukung oleh "The Global Initiative Against Transnational Organized Crime" atau disebut juga "GITOC".
     Nukila Evanty menyebutkan, bahwa perlindungan  pekerja migran (TKI atau TKW - red), bahwa program perlindungan pekerja migran harus dilakukan secara Multi Stakeholders (Antar Kementrian dan Dinas-Dinas) serta lembaga masyarakat sipil. Perlu kolaborasi, terutama untuk di daerah Embarkasi dan perbatasan yang banyak mempunyai jalur-jalur pelabuhan tikus .
     Pekerja migran terutama perempuan rentan direkruit lewat jalur unprocedural (tidak resmi,tidak mempunyai perjanjian kerja yang jelas, tidak melalui proses -proses yang harus dilalui misalnya kelengkapan surat-surat dan dokumen perjalanan resmi) oleh calo-calo atau sindikat yang beraksi dikampung, didesa, kelurahan. Bahkan sindikat ini juga menggunakan anggota keluarga terdekat atau teman-teman calon korban untuk merekrut lewat jalur unprocedural ini. 
      Sekitar bulan Juli 2022 lalu, BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia), menerima laporan dari Wakil Ketua I DPRD Tanjungpinang bahwa ada  Sepuluh (10)  orang warga Tanjungpinang yang diberangkatkan ke Thailand pada bulan Juni 2022 tanpa perjanjian dan kepastian kerja yang jelas, akhirnya diketahui mereka diduga bekerja untuk kejahatan penipuan berkedok undian berhadiah. Bahkan keluarga korban diminta uang oleh sponsor penempatan sejumlah 30 juta rupiah, setelah sebulan bekerja, karena korban dianggap tidak bekerja dengan target yang telah ditetapkan, dengan ancaman akan dipindahkan ke negara lain, maka dengan terpaksa keluarga korban memenuhi permintaan uang tersebut.
      Kelompok calo-calo atau sindikat kejahatan inilah yang masih beraksi dan terus melakukan aksinya dengan cara membuat iklan melalui social media serta iming-iming lainnya kepada korban.
     Juga pada bulan April 2022 lalu, 140 Pekerja Migran Indonesia (PMI) serta  Warga Negara Indonesia Migran Korban Perdagangan Orang, telah tiba dari Malaysia melalui pintu masuk pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau. 
     Korban perdagangan orang tersebut banyak mengalami perlakuan tidak manusiawi dari majikan, sperti kekerasan, penyiksaan dan sebagainya. 
     Menurut Nukila Evanty, sebelum dia melakukan kunjungan dan pelatihan buat calon pekerja migran, terutama perempuan dan pendamping penyintas/korban kekerasan, dia telah melakukan pertemuan dengan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang di Jakarta dalam hal koordinasi untuk program di Tanjunpinang dan Batam ini. Hal serupa juga dilakukan kepada BP2MI pusat, Kemenko PMK, Direktorat Jenderal Imigrasi, Komnas Perempuan, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang menjadi ketua harian gugus tugas, Bareskrim Polri. 
     Menurut Nukila Evanty, kejahatan yang menimpa pekerja migran kita didestination countries (negara tujuan) itu, perlu pendekatan strategis, terutama pencegahan dan pemberantas kejahatan (legal enforcement). Kejahatan Perdagangan Orang ini bersifat transnasional, karena  aktivitas kejahatan ini mampu melampaui batas-batas negara serta melibatkan suatu negara dengan negara lainnya, sehingga menjadi salah satu keresahan terbesar bagi   negara dan masyarakat Internasional. 
      Timbulnya aktivitas kejahatan ini menurut Nukila Evanty disebabkan beberapa faktor pencetus, akibat tingginya tingkat kemiskinan, minimnya lapangan kerja, termasuk budaya patriarki yang memarjinalkan perempuan. Bahkan banyak perempuan pekerja migran, akhirnya terjebak dalam kejahatan transnational ini. Modus kejahatan ini semakin beragam, misalnya ikut dalam kelompok sosial media, ditawari pekerjaan dengan iming-iming gaji tinggi, bahkan menjadi korban bujuk rayu anggota sindikat pengedar narkotik, dinikahi tetapi malah dijadikan kurir (pembawa) narkotika untuk diselundupkan ke Indonesia. 
     "Karena pentingnya untuk melakukan pelatihan (workshop ) bagi calon pekerja migran, terutama perempuan beserta pendamping sosial, sehingga diadakan di Tanjungpinang ini dengan didukung oleh, pak Rustam selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Tanjung Pinang, didukung oleh Pak Fattah dari Dinas Tenaga Kerja & Usaha Mikro & BP3MI Tanjungpinang", jelas Nukila Evanty kepada awak media kami.
     "Peserta pelatihan dengan tema "Sadar Hukum, Hak-Hak Pekerja Migran &  Mengenal Kejahatan Human Trafficking &  Drug Trafficking" ini berjumlah lebih dari 35 peserta perempuan di ruang meeting kantor Dinas PPPA pada tanggal 20 Januari 2023", tambah Nukila Evanty.
     "Tujuan dari workshop ini mulia, agar setelah pelatihan ini dapat membantu Dinas -Dinas Pemerintah dalam melaksanakan perlindungan pekerja migran perempuan, sedangkan peserta diharapkan bisa memberikan penyuluhan dikampung mereka masing-masing", Nukila Evanty mengakhiri penjelasannya.(Sumber: Nukila Evanty Direktur Women Working Group/Editor:Edysam).

 




Tulis Komentar +
Berita Terkait+
ƒ