Momen Riau- Terorisme merupakan perjalanan panjang umat manusia. Lihat saja dalam berbagai sejarah di masa lalu, kegiatan terorisme sebetulnya sudah muncul dengan format, model dan gaya yang sesuai pada zamannya. Terorisme memiliki banyak motif, baik motif ideologi, uang, kekuasaan, dan lain – lain. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, maka format dan modelnya bermetamorfosa ke dalam bentuk yang baru, dan terus akan bermutasi membentuk sel – sel dan jaringan yang baru lagi. Bahkan sangat dimungkinkan satu sama lain mengembangkan model sel yang terputus agar praktik operasinya tidak bisa diselesaikan secara tuntas.
Pemerhati Intelijen Dede Farhan Aulawi ketika dihubungi melalui saluran selulernya Minggu (11/11) mengatakan bahwa terorisme mencakup serangkaian ancaman yang sangat kompleks. Mereka bisa terorganisir di zona konflik, pejuang teroris asing, 'serigala penyendiri' yang teradikalisasi, dan serangan menggunakan bahan kimia, biologis, radiologis, nuklir, dan bahan peledak. Pemilihan orang, tempat, model maupun caranya bisa jadi berbeda satu sama lain akan sangat tergantung pada kemampuan diri dan lingkungannya.
“ Tiga aspek yang harus mendapat perhatian adalah masalah perekrutan yang sudah menggunakan model – model baru, pengendalian bahan – bahan peledak, serta isolasi masalah pendanaan lintas negara melalui sistem cripto “, ujar Dede.
Cara rekrutmen mendapat perhatian serius untuk melanjutkan estafeta ambisi dan fahamnya. Media yang dipilihpun sudah fokus pada media sosial dan saluran digital lainnya, sehingga orang – orang yang dinilai sebagai “kader” bisa datang dari belahan bumi mana saja. Di sinilah peran penting penjagaan di suatu perbatasan agar mampu mengendalikan dan mengontrol lalu lintas peredaran orang dan barang. Oleh karena itu data biometrik semakin penting dalam mengidentifikasi pejuang teroris asing dan mencegah mereka melintasi perbatasan suatu wilayah dengan wilayah lainnya.
Mengingat para pelaku teror saat ini sudah tidak mengenal batas, maka peran interpol menjadi sangat penting untuk berbagi informasi dan peringatan tentang jaringan teroris transnasional, agar lebih memahami metode, motif dan pembiayaan mereka dan pada akhirnya diharapkan bisa mengidentifikasi dan mencegah kemungkinan adanya serangan – serangan teror. Apalagi para pelku teror saat ini juga sudah mengenal bahan-bahan CBRNE, yaitu bahan kimia, biologi, radiologis, nuklir dan bahan peledak, yang tentu dapat memiliki konsekuensi bencana pada masyarakat maupun infrastruktur lainnya. Di sinilah pentingnya semua pihak terkait mau duduk bersama untuk menyusun desain arsitektur keamanan global. Ujar Dede.
Selanjutnya Dede juga menyampaikan tentang tujuh sasaran strategis Interpol, yaitu (1) Menangkal ancaman terorisme termasuk memperkuat platform intelijen, (2) Memperkuat integritas petugas perbatasan di seluruh dunia, (3) Melindungi HAM komunitas yang rentan, (4) Mengamankan dunia maya untuk orang dan bisnis, termasuk menjalin kemitraan strategis, (5) Mempromosikan integritas global, termasuk pencegahan korupsi beserta asset recovery-nya, (6) Membatasi pasar gelap, dan yang terakhir (7) Mendukung keamanan dan kelestarian lingkungan, termasuk melindungi keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lainnya. Ujar Dede menutup percakapan.