Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hilir HM Rusli Sarief
BAGANSIAPIAPI- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hilir HM Rusli Sarief menyebutkan ideal nya satu sekolah hanya memiliki satu operator yang mengisi dan menginput data pokok pendidikan (dapodik). Hal ini ia ungkapkan saat dikonfirmasi terkait adanya beberapa sekolah yang memakai jasa satu orang operator.
"Idealnya satu sekolah satu operator, karena untuk penginputan data ini sangat berpengaruh terhdap bantuan dana pusat yang km didapat sekolah tersebut, jadi operator harusnya operator bekerja maksimal dan hanya konsentrasi pada satu sekolah saja,"ungkapnya.
Ia mengatakan, tahun lalu dana bantuan yang didapat dari pusat hanya Rp 5 Miliar untuk perbaikan Sekolah. Jumlah tersebut dinilai sangat sedikit jika dilihat di lapangan masih ada sekolah yang kurang memenuhi standar baik dari bangunan, mobiler dan beberapa fasilitas lainnya.
"Ini disebabkan data dapodik yang di input oleh operator tidak akurat, mereka hanya mengejar target untuk akreditasi saja tanpa menghiraukan akibatnya. Mereka ceklis semua poin yang ada di dapodik itu baik baik baik, bangunan baik, mobiler baik. Padahal dari data dapodik tadi Kementerian Pendidikan memantau, jika sudah baik apa yang mau dibantu lagi, Padahal kondisi sekolahnya sangat menyedihkan. Dan ini yang kita tekankan kepada pihak sekolah agar mengisi data dapodik tadi dengan baik dan sesuai dengan keadaan dilapangkan begitu juga operator, harus tau tugasnya,"terangnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dina Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hilir pun langsung memantau kinerja para operator tersebut dan hasilnya dana bantuan pusat melalui DAK untuk sekolah meningkat 100 persen dari 2018 hanya 5 Miliar di tahun 2019 DAK yang diterima sebesar Rp 15 Miliar.
"Ini yang kita harapkan, artinya jika data yang ditulis itu riil maka bantuan untuk perbaikan sekolah akan di dapat. Dan saya intruksikan kepal sekolahnya agar menulis kan sesuai keadaan sebenarnya," ujarnya.