Basis Pengembangan Masa Depan Teknologi Pertahanan Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pengamat Teknologi Pertahanan)

Sabtu, 08 Juni 2019 - 23:40:22 WIB Cetak

JAKARTA- (MOMENRIAU.COM). Di tengah pandangan sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa probabilitas kemungkinan terjadinya peperangan semakin mengecil, tetapi tidak berarti bahwa potensi timbulnya konflik dan peperangan itu tidak ada. Probabilitas faktor sosial tidak seperti menghitung angka – angka pasti dalam ilmu eksakta, karena variabelnya sangat dinamis dan bisa berubah sangat cepat. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada kata lain selain *Kesiapsiagaan* sebagai faktor mutlak untuk mengantisipasi ketidakteaturan perubahan variabel.

Berikutnya timbul pertanyaan bagaimana membangun Kesiapsiagaan di tengah turbulensi opini dan kebijakan politik yang dipandang oleh sebagian orang kurang berpihak ? Apalagi dinilai tidak memiliki “keterwakilan” di lembaga yang strategis dalam pengambilan kebijakan politik pertahanan. Sebuah tantangan strategik yang harusnya dirumuskan secara formal oleh pokja khusus agar bisa memberi masukan terbaik demi kepentingan nusa dan bangsa.

Oleh karena itu segala upaya untuk meningkatkan kemampuan militer melalui inovasi – inovasi akan menjadi kata kuncinya. Model berfikir “biasanya” sudah harus dirubah menjadi model berfikir”solusi inovasinya”. Indonesia sebenarnya bangsa yang multi kreatif dan super inovatif, meski masih ada sebagian orang yang belum bisa mengakuinya. Lalu memposisikan Indonesia seperti bangsa yang selalu berada di belakang sebagai follower bukan leader. Pemikiran seperti ini harus direkonstruksi ulang dengan literasi pembanding yang objektif. 

Merujuk pada pengamatan perkembangan teknologi pertahanan saat ini dan di masa depan, ternyata bertumbu pada pada beberapa faktor strategis, yaitu yang pertama Penguasaan Artificial Intelligence (AI) untuk menciptakan sistem pertahanan dan persenjataan yang otomatis. Model pengambilan keputusan yang kompleks sudah menggunakan perangkat otak/ syaraf tiruan yang mampu memetakan sistem pemodelan dengan variabel input yang rumit. Kemajuan pesat kecerdasan buatan ini akan mengubah lanskap pertempuran. Pembuat keputusan harus dapat mengumpulkan, menyusun, menyaring, menganalisis, dan berbagi informasi dalam jumlah besar. Kemampuan untuk menganalisis, beradaptasi, dan merespons ancaman dengan kecepatan taktis yang tinggi akan berujung pada pemilihan kosa kata “menang” atau “kalah”. 

Yang kedua adalah penguasaan aksesibilitas terhadap Big Data. Pergeseran dari analisis deskriptif ke prediksi mendorong keputusan yang lebih baik dalam memprediksi apa yang akan terjadi. Kemampuan dalam memukul mundur terlebih dahulu untuk mencegah ancaman dan mengotomatiskan tugas-tugas berbahaya menjadi semakin penting sebelum koordinat pertempuran bergeser ke teritori jantung pertahanan. 

Selanjutnya yang ketiga adalah Inovasi yang cepat. Bukan inovasi yang lelet, karena selama ini peradaban dengan berbagai instrumen inovasi sebenarnya sering dilakukan. Jadi persoalannya bukan semata – mata soal inovasinya saja, melainkan “inovasi yang cepat”. Ibarat dalam sebuah pertandingan, kalah dan menang itu bukan soal mau atau tidak mau berlari saja, melainkan siapa yang bisa lebih cepat mencapai tujuan meski perbedaannya hanya sepersejuta detik saja. Alat canggih masa depan, seperti laser energi terprogram dan senjata hipersonik, semua akan bicara tentang waktu yaitu kecepatan dan keakurasian. Semua dihasilkan atas inovasi tiada henti. Kata “inovasi” adalah yang mampu membuat terobosan kreatif di tengah keterbatasan. Jadi jangan lagi ada alasan – alasan keterbatasan sehingga membuat Indonesia di belakang. Indonesia harus berada di depan, meskipun radian keterbatasan ada di depan, belakang, kiri dan kanan. Inilah inovasi – inovasi yang dibutuhkan oleh Indonesia.

Keempat adalah Integrasi Mesin Manusia seperti banyak muncul di film – film fiksi. Fiksi yang bersifat imaginatif sesungguhnya menjadi tantangan bagi umat manusia yang ingin mewujudkannya. Itulah arah dan orientasi kebijakan  pertahanan yang banyak dilakukan oleh negara – negara maju, meskipun kehebatannya belum seperti di film, tetapi langkah – langkah konkritnya sudah mengarah ke sana. Sistem senjata otonom sudah mulai ditransformasikan dalam teknologi senjata exoskeleton, sebuah integrasi mesin manusia yang memberi kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada para pejuang perang. 

 

Itulah gambaran singkat mengenai orientasi basis pengembangan teknologi pertahanan masa depan. Pertanyaannya kita sedang dimana dan mau kemana ? Inilah arah bijak strategis yang harus dirumuskan sekarang juga. Partnership adalah kata kunci yang penting agar pengambil kebijakan pertahanan mau mengelaborasi berbagai pemikiran strategis di bidang pertahanan. Terbuka membentuk Tim dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki perhatian untuk bidang pertahanan. Inilah kata akhir yang perlu diputuskan segera. Tidak perlu menunggu hari esok atau lusa, jika kita bisa membuat keputusan sekarang juga. (nzr).




Tulis Komentar +
Berita Terkait+
ƒ