Solusi Tragedi Rempang.
Warga Rempang ;"JANGAN USIR KAMI".
(Momenriau.com Kepri). Masuk pesan singkat dari narasumber kami dan meminta agar identitasnya tidak dipublikasikan, melalui aplikasi WhatsApp keredaksi kami hari Jum'at (29/09-2023) bahwa ; "sampai hari, Kamis 28 September 2023, sebagian besar warga 16 Kampung Tua di Pulau Rempang tidak mau di Relokasi oleh BP Batam dan atau pemerintah, dengan dalih apapun".
"Sikap tegas warga sebagai cucu-cicit dari keturunan penghuni pertama pulau Rempang, diduga sebab musababnya dikarenakan mereka masih mencintai segala pahit manisnya kenangan yang merupakan sejarah nenek moyang mereka sebagai yang pertama menghuni 16 Kampung Tua dimaksud jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia", masih menurut sumber.
Menurut beberapa dokumentasi foto yang dikirim oleh nara-sumber keredaksi kami, kuat dugaan bahwa spanduk yang dipegang para ibu-ibu bertuliskan kalimat ;
*JANGAN USIR KAMI, ANAK-ANAK KAMI, MENOLAK KEKERASAN, KAMPUNG NENEK MOYANG KAMI, TOLAK RELOKASI HARGA MATI*, memang benar didokumentasikan pada hari Kamis (28/09-2023) oleh warga Rempang atau tepatnya, paling tidak oleh narasumber sebagai warga negara republik Indonesia.
Dengan sikap tegas dan didukung oleh keteguhan hati warga dan atau masyarakat 16 Kampung Tua yang mengklim bahwa nenek moyang mereka sebagai penghuni pertama di Pulau Rempang ini, selayaknya pemerintah harus melindungi hak azazi mereka. Oleh karena itu, diharapkan kepada pemerintah dapat lebih bijaksana, seperti kata pepatah orang tua dahulu kala yaitu "MENGAMBIL RAMBUT DALAM TEPUNG", rambutnya dapat diambil, tepungnya tidak berserakkan".
Dengan kalimat pepatah dan atau petuah orang tua-tua tersebut, sebaiknya pemerintah merobah judul "RELOKASI" menjadi "LOKALISASI". Dengan demikian, disatu sisi, kepentingan "Proyek Strategi Nasional" dapat terlaksana dengan baik, disisi lain, warga dan atau masyarakat bisa mendapatkan kebaikkan dari investasi tersebut.(EDYSAM).
