Jakarta - Ketua Umum Lembaga Independen Pembawa Suara Transparansi (INPEST) Ir Ganda Mora SH.M.Si meminta pihak KPK dan Kejaksaan Agung RI segera ungkap dugaan penyelewengan dana PI 488 M dan DBH Sawit 39 M di Rokan Hilir.
Menurutnya, perkembangan permasalahan laporan dugaan penyalah gunaaan dana Particing Interest Rp 488 Miliar dan Dana Bagi Hasil Sawit sebesar 39 Miliar yang dilaporkan tersebut akan terus menuju kepada kesimpulan penanganan dalam pengayaan analisis dan barang bukti,Kami Percaya Kejagung dan KPK Segera tuntaskan kasus ini.
Ganda Mora menjelaskan dimana dalam pemeriksaan dari saksi pelapor dan saksi pendukung lainnya sudah rampung sebab dalam beberapa kali kami memberikan keterangan seperti undangan/ pemberian keterangan dan melengkapi bukti pendukung . Dengan adanya seperti ini diharapkan sudah memenuhi unsur untuk naik ke penyidikan.
"Kami sudah menghadiri undangan KPK dan menghadiri dan mendatangi JamPidsus Kejagung dan akan terus melengkapi keterangan dan bukti bukti pendukung , berdasarkan pemeriksaan dan pemberian keterangan tersebut, pihak KPK dan Jampidsus berjanji akan Segera melakukan lidik dan sidik" Kata Ketum INPEST Ir Ganda Mora.
Kami mendesak agar Kejagung dan KPK segera memanggil pemerintah daerah Rokan Hilir untuk diambil keterangan walaupun saat ini di pimpin oleh Bapak Sulaiman sebagai plt bupati sehingga diwajibkan memberikan keterangan terkait keadaan keuangan dan penggunaan dan PI dan DBH sawit, begitu juga dengan Direktur Utama BUMD PT. SPR untuk mempertanggung jawabkan setiap penggunaan dana di tubuh BUMD.
Sebab BUMD PT. SPR sendiri sudah melakukan RUPS pada September lalu, namun dinilai tidak transparansi sebab tidak di umumkan kepada publik dan terkesan tertutup, padahal dana telah dicairkan pada bulan Januari 2024 sehingga penggunaan nya diduga tidak berdasar dan tidak tepat selain dan Particing Interst, Dana Bagi Hasil Sawit Juga tidak sesuai peruntukannya sebab seharusnya untuk membangun infrastruktur jalan dan pasilitas di masyarakat.
Namun sesuai dengan audit BPKRI untuk anggaran Tahun 2023 disebut digunakan untuk membayar Gaji Honorer, Hibah ke KPU dan Bawaslu, sebab dissebutkan dana pada Desember 2023 kosong, padahal semua peruntukan sudah ada pos anggaran masing-masing dari APBD Rokan Hilir yang cukup besar yaitu 2,2 Triliun pada APBD.
Disisi lain banyaknya keluhan dari para tenaga honorer dan PPPK sampai saat ini gaji mereka belum juga dibayarkan sehingga menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat, maka untuk itulah penggunaan dana tersebut harus Segera di tuntaskan oleh KPK dan Kejagung sebut Ir.Ganda Mora. SH.M.Si kepada wartawan, Minggu (20/10/2024).
Lebih lanjut Ganda menambahkan dalam pemerintahan baru dii era presiden Prabowo kami yakin pihak APH skan semakin tegas dan serius sebab Marwah dan harga diri akan ditentukan dengan penegakan hukum yang tegas dan tanpa pilih buluh untuk efektifnya penggunaan semua anggaran. (Ko5).