Peringkat Kelima se Riau, 258 Penderita HIV AIDS Terdeteksi Dinas Kesehatan Rohil

Senin, 04 November 2019 - 00:59:07 WIB

Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir saat melakukan pertemuan pencegahan dini HIV AIDS beberapa waktu lalu

Bagansiapiapi- Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir dari tahun 2011 hingga memasuki 2019 sudah ada 258 penderita HIV yang terdeteksi dan dilakukan pendampingan. 

Dimana di tahun 2019 ini, tercatat 32 penderita HIV dan 1 AIDS. Dari jumlah tersebut menjadikan Rokan Hilir berada di peringkat ke lima se Riau. 

"Tahun sebelumnya kita berada di peringkat ke empat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir Dahniar Mkes melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dinas Kesehatan Rohil, Nina Elvita, M.Kes kepada  beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan untuk melakukan pencegahan pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap individu dengan resiko penyebarannya. 

"Makanya saat ini kita mau mengejar orang orang yang beresiko menderita penyakit yang sama. Seperti pekerja seks komersial, waria, LSL (Laki laki suka laki-laki), ibu hamil," katanya. 

Untuk ibu hamil ia menyebutkan sangat penting dilakukan pengecekan HIV, hal ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini.

"Kalau sudah terdeksi sejak dini, kita bisa lakukan upaya pencegahan. Karena kalau masih HIV, jika kita tahu sejak awal masih bisa kita obati. Yang penting rutin lakukan pengobatan dan pengecekan," ujarnya. 

Tidak hanya itu, pihak nya juga terus melakukan pemantauan di tempat tempat yang dijadikan sebagai pintu masuk pendatang baru maupun yang pulang dari suatu daerah.

"Kita juga lakukan pemantauan di pelabuhan, lembaga permasyarakatan karena mereka itu cenderung pengguna narkoba. Pengguna narkoba yang menggunakan suntik resiko terkena HIV nya lebih tinggi. HIV ini cara menyebarnya selain dengan kontak seksual juga melalui darah. Makanya untuk mendeteksi, kita lakukan pengecekan di area masuk maupun kepulangan," sebutnya. 

 

Berbagai upaya dilakukan oleh pihaknya agar penyebaran penyakit yang dinilai rendah oleh masyarakat ini terhenti. Mulai dari melakukan pendeteksian dini, pendekatan, pengobatan hingga memberikan edukasi kepada masyarakat. 

 

"Kita menggunakan metode pendekatan, karena masyaraka kita cenderung memandang rendah ODHA (orang  dengan HIV AIDS). Dan ini lah yang menjadi penyebab ODHA tak mau dan takut malu bila berobat. Padahal banyak sekali orang orang yang hanya korban. Misalnya, ibu dan anak yang tertular dari ayah yang pengguna narkoba atau seks bebas. Nah untuk itu, masyarakat kita harapkan tidak memandang rendah mereka. Harusnya ada orang orang terdekat yang mensupport mereka untuk berobat dan mendatanginya fasilitas kesehatan atau balai pelayanan kesehatan sehingga mereka bisa diobati dari dini," tutupnya.