(Momenriau.com Lingga). Kabupaten Lingga yang juga dikenal dengan sebutan Kabupaten Bunda Tanah Melayu, saat dipimpin oleh Alias Wello, sudah terlihat banyak sekali perobahan tatkala itu yaitu kearah yang patut dibanggakan.
Jejak digitalnya, dapat diakses dan secara kasat mata pada waktu itu, tidak bisa dipungkiri, serta harus kita pahami, bahwa di berbagai sektor, dipersiapkan untuk menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat, ketika itu, Alias Wello sudah mempersiapkan pondasi-pondasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi masyarakat dimaksud tepatnya pada sekitaran tahun 2019 lalu.
Sebagai tolok ukur atau yang dijadikan referensi adalah, dalam hal membuat pondasi pada Sektor Peningkatan Ekonomi, kita bisa melihat, betapa menggebu-gebunya semangat Bupati Lingga (Alias Wello saat itu -red) dalam menyemput bola (Dana-red) kepusat, agar kucuran dana yang tersedia di Kementerian Pertanian, bisa dialokasikan ke Kabupaten Lingga. Hasil dari kegigihan Bupati Lingga meyakinkan pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian, salah satunya adalah pencetakkan sawah berskala besar dimana-mana dalam daerah Kabupaten Lingga.
"Pencetakkan Sawah", sudah dilakukan anatara lain, yaitu di Sungai Besar Kecamatan Lingga Utara, didesa Panggak Darat Kecamatan Lingga, didesa Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir dan didesa Kerandin Kecamatan Lingga Timur.
Pemimpin Kabupaten Lingga saat itu (Alias Wello-red), pada dasarnya, sudah membuat suatu terobosan yang patut diapresiasi oleh khususnya masyarakat di Bumi Bunda Tanah Melayu ini. Kenapa demikian, karena pencetakkan sawah itu, adalah suatu upaya membuat pondasi bagi pertumbuhan "ekonomi masyarakat".
Bila pondasi untuk "Pertumbuhan Ekonomi" masyarakat, sudah dibangun oleh pemimpin Kabupaten Lingga saat itu (Alias Wello-red) dengan bersusah payah meyakinkan pemerintah pusat untuk menggelontorkan dana atau keuangan sebagai konsekwensi pembangunan pondasi dimaksud, maka seharusnya pada pemimpin Lingga berikutnya, mestilah menjaga dan merawat "Pondasi Peningkatan Ekonomi" yang sudah ditrobos oleh Pemimpin Lingga (Alias Wello-red) tersebut.
Pondasi pertumbuhan ekonomi yang kedua yang sudah diletakkan oleh Alias Wello adalah, membangun "Tambak atau Kerambah Udang", dikenal dengan sebutan membudidayakan udang "Vaname".
Hampir sama dengan pencetakkan sawah, pembuatan kerambah budi-daya udang "Vaname" ini, juga tersebar diberbagai tempat, tentunya karena pertimbangan kondisi lahan yang dikaji dan lebih sesuai untuk itu.
Popularitas budi-daya udang "Vaname" didaerah lain di Indonesia, tidak merupakkan barang baru, sebagai penunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakatnya. Oleh karena itu, Bupati Lingga saat itu (Alias Wello-red) juga berkeyakinan bahwa budi daya udang Vaname, akan membuat pertumbuhan masyarakat di Kabupaten Lingga semakin cepat.
Seperti banyak media yang sudah mempublikasikan terkait panen udang "Vaname" di Kabupaten Lingga pada masa kepemimpinan Alias Wello, ini suatu bukti bahwa prediksi Bupati Lingga terhadap "KERAMBAH BUDI DAYA UDANG VANAME", juga merupakkan pondasi pertumbuhan ekonomi untuk masyarakatnya, sudah tidak bisa disanggah lagi.
Selain sebagai pondasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lingga, Alias Wello juga mencoba merobah mainshet masyarakat membuat kerambah udang didaratan, maka setidaknya dapat mengurangi ketergantungan masyarakat untuk mencari udang dilaut, untuk itu, secara tidak langsung, Bupati Lingga juga sudah berupaya menjauhkan masyarakatnya dari resiko tak terduga cuaca ekstrim dilaut yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi.
Melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD-RED), pemerintahan Kabupaten Lingga dibawah kepemimpinan Alias Wello, berpikiran untuk sedapat mungkin, masyarakatnya mengkonsumsi minuman para raja-raja dizaman dahulu, karena disamping tingkat kemurnian serta kejernihan air berasal dari Gunung Daik tersebut, juga untuk tidak melupakan sejarah leluhur dimasa silam yang senantiasa meminum air ini.
Dengan dikelola oleh BUMD, yaitu pabrik kemasan air mineral cap Gunung Daik ini, Pemkab Lingga (Bupati Lingga saat itu Alias Wello-red), meletakkan suatu podasi harapan besar, dimana nantinya, pabrik ini akan tumbuh membesar, dengan demikian, maka secara otomatis pebrik yang besar, akan bisa menyerap tenaga kerja, akhirnya, tingkat pendapatan masyarakat khususnya para karyawan di pabrik air mineral cap Gunung Daik, juga bisa bertambah untuk inkam keluarga.
Lebih penting lagi, dengan adanya pabrik air mineral cap Gunung Daik, dikelola oleh BUMD, maka kurs yang dikeluarkan oleh keuangan daerah Pemkab Lingga, pada setiap evans resmi Pemkab Lingga, khusus pada belanja air mineral, dapat ditekan pergerakkannya menuju kas atau kantong-kantong milik swasta lain yang berada diluar daerah Lingga.
Coba bayangkan, berapa besar uang daerah Kabupaten Lingga mengalir kepada pengusaha swasta lainnya yang nota bene bukan berdomisili di Kabupaten Lingga setiap tahunnya, khusus dari sektor air mineral. Oleh karena itu, Kabupaten Lingga sepertinya, memasukkan salah satu konsentrasi dalam hal membangun podasi pertumbuhan perekonomian lewat BUMD dengan memproduksi air mineral dalam kemasan secara besar-besaran.
Membangun pondasi pertumbuhan perekonomian lewat sektor dunia pendidikkan, Pemkab Lingga dibawah kepemimpinan Alias Wello, sudah membangun Kampus Poli Tekhnik yang terletak diarea Implasemen Eks PT. UNIT PENGOLAHAN TIMAH SINGKEP (UPTS-red) yang ada dikota Dabosingkep.
Pemerintah Pemkab Lingga juga sudah memperbahrui bangunan gedung ruang belajar tersebar diberbagai desa dihampir seluruh Kecamatan yang ada. Ini sepertinya, diharapkan agar anak-anak murid dan atau siswa-siswi pada tingkat Sekolah Dasar (SD-red), Sekolah Menengah Pertama (SMP-red) dan Sekolah Menengah Atas (SMA-red) dalam menimba ilmu, merasa nyaman. Dengan rasa nyaman, konsentrasi anak-anak murid tersebut diharapkan bisa optimal dan pada akhirnya, perolehan nilai pada raport mereka masing-masing bisa tinggi.
Setelah selesai menuntut ilmu pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA-red), tentunya keberadaan Kampus Poli Tekhnik yang terletak dikota Dabosingkep, akan meringankan beban masyarakat, karena tentunya, sudah menekan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua mereka.
Dunia pendidikan sebagai pondasi pembangunan pertumbuhan ekonomi, kedepannya, tentu akan lahir dari bumi Bunda Tanah Melayu (Kabupaten Lingga) pakar-pakar manajemen handal yang mampu berkompetisi ditingkat nasional.
Untuk mencapai lokasi pembangunan pondasi pertumbuhan perekonomian masyarakat tersebut, peran perhubungan baik laut maupun darat, di Kabupaten Lingga sangatlah penting. Untuk itu, dimana Alias Wello menjadi Bupatinya, sudah berhasil memperpendek rentang waktu tempuh antar kota yang berada di Kabupaten Lingga. Dengan sudah dibangunnya dermaga (Pelabuhan-red) sebagai sarana perhubungan laut, maka dengan sendirinya pemodal ikut berkompetisi menyediakan alat transfortasi.
Seperti dari Dermaga Jagoh di Pulau Singkep menuju ke Dermaga Penarik di Pulau Lingga atau sebaliknya, kini sudah sangat mudah, karena armada Speed Boat bermesin temple, setiap saat bisa melayani masyarakat untuk berangkat. Begitu juga, masyarakat Kecamatan Senayang, bila ingin ke Kota Dabosingkep atau ke Kota Daik, tadinya sangat sulit sekali, karena armada laut rute dimaksud tidak ada, maka pada saat kepemimpina Alias Wello sebagai Bupati Lingga saat itu, rute tersebut juga sudah disediakan.
Sektor Perhubungan Darat, pembangunan Halte Bus pada rute yang dilaui Bus Damri, pada jarak-jarak tertentu, sudah dibangun sedemikian rupa, sehingga masyarakat yang ingin berpergian dari rumah ketempat lain, dengan jarak tempuh yang jauh, dapat mempergunakan jasa Bus Damri ini.
Sebagai penghubung, Bus Damri yang beroperasi di Jalan Daratan, sedangkan sarana angkutan lautnya, sudah disediakan armada Roro, rutenya pelabuhan Jagoh menuju pelabuhan Penarik dan sebaliknya sebagai penghubung Pulau Singkep dengan Pulau Lingga.
Menyediakan rumah singgah di Kota Batam, untuk kepentingan masyarakat Lingga yang melakukan pengobatan berdasarkan rujukkan RSUD Lingga ke kota tersebut, sebagai wujud kepedulian baik kepada dunia kesehatan maupun terhadap masyarakat agar dapat meringankan pengeluaran biaya yang besar untuk menginap bagi keluarga pasien yang ikut ke Batam.
Masih banyak lagi yang sudah dilakukan oleh Pemkab Lingga dibawah kepemimpinan Alias Wello pada waktu itu, namun, terkait pembangunan pondasi pertumbuhan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Lingga, mungkin tidak terbaca oleh masyarakat.
Oleh karena, apa-apa yang sudah diterobos oleh Alias Wello sewaktu menjabat sebagai Bupati Lingga periode 2016-2020, belakangan kepemimpinan Kabupaten Lingga dipegang oleh sosok lainnya, pondasi-pondasi yang sudah dibuat oleh Alias Wello, sepertinya tidak terawat dengan baik dan benar, maka dengan rasa sedikit marah, Alias Wello kembali kekancah politik dengan ikut mencalonkan diri diajang kontestasi Pilkada Lingga, hanya satu tujuannya (Alias Wello-red) beliau (Alias Wello-red) akan merebut kembali pucuk kepemimpinan di Bumi Bunda Tanah Melayu, agar semua program pondasi pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut, kembali dipopurkan sehingga, Lingga benar-benar menjadi suatu daerah, dimana pertumbuhan ekonomi masyarakatnya akan melejit naik. (EDYSAM).